Jumat, 15 September 2006

Kevin anakku menderita RTA

Selama aku menjaga Kevin, aku merasakan pertambahan berat badan yang sangat sedikit sekali. Biasanya bayi seumuran dia, berat badannya naik sekitar 300 - 1000 gram sebulan sampai berumur 5 bulan. Tapi dia semenjak bulan pertama, naiknya hanya sekitar 200 gram..bahkan setelah 5 bulan, berat badannya tidak naik sama sekali. Dan lagi, karna aku rajin mengurutnya, aku perhatikan ukuran tangan & kakinya lebih besar sebelah kiri. Berkali2 aku ke dokter mempertanyak soal berat badan dan perbedaan ukuran badannya yg sebelah kanan dan kiri, selalu diabaikan dokter. Bahkan dokter anak menyalahkan aku sebagai ibunya yang kurang telaten memberi makan/mengurus anakku. Aku tersinggung sekali, karna Kevin bukan anak pertama, aku sudah tahu bagaimana mengurus anak keduaku. Bahkan anak pertamaku sewaktu bayi terbilang overweight. Kevin bahkan sudah kukasih makan sejak umur 2 bulan.

Akhirnya karna aku tidak mendapat solusi dari dokter perusahaan, aku berangkat sendirian membawa kedua anakku ke Jakarta. Bayangkan, aku harus membawa Tasya (3,5 tahun) dan Kevin (6 bulan) ke Jakarta, sendirian, karna suamiku tidak bisa meninggalkan kerjaannya. Perjalanan dari duri ke dumai dengan bis perusahaan memakan waktu 2,5 jam kemudian dilanjutkan perjalanan dumai-jakarta naik pesawat pelita air kurang lebih 1,5 jam. Di Halim, mamiku sudah menunggu kami.

Akupun membawa anakku berobat ke dokter anak langgananku di RS Bersalin Hermina Depok. Dokter di sana langsung memeriksa keadaan anakku dan langsung merujuk kebagian tulang utk perbedaan ukuran badannya. O iya, testikel anakku di periksa oleh dokter anak, beliau bilang ada 2 tapi yg sebelah kanan masih di atas.

Setelah dirujuk ke dokter tulang, dan mendapatkan hasil pemeriksaan, sayapun kembali ke duri untuk memberikan hasil pengobatan anak kami ini. Akhirnya ada dokter anak yg lain di duri (pindahan dari caltex rumbai) yg perhatian dengan kondisi anak kami, karna dia pernah melihat gejala yg lebih parah dari anak kami. Akhirnya setelah sebulan, kamipun mendapat panggilan untuk dirujuk ke dokter anak di jakarta (mereka merujuk ke RSCM).

Dokter di Duri tidak tahu harus ke dokter mana Kevin berkonsultasi, dan saya disuruh mencari sendiri dokter di sana. Dokter pertumbuhan (endokrin) yg kutemui menyarankan agar aku lebih baik berkonsultasi ke dokter gizi terlebih dahulu utk berat badan Kevin, karena tentang perbedaan ukuran badan(hemihipertrophy/ukuran badan beda sebelah) anakku ini tidak terlalu parah. Jadi beliau merekomendasikan ke dokter gizi. Setelah saya ketemu dokter gizi, beliau menyarankan saya ketemu dokter metabolik yg sering menangani anak2 yg bermasalah dgn berat badan. Akhirnya saya ketemu dengan dokter metabolik lulusan Doktor dari Belanda, Dr.Damayanti. Dengan beliau, Kevin harus rawat inap di RSCM untuk melakukan serangkaian tes2. Tes kromosom, usg ginjal, tes darah, dll. Lumayan mahal biayanya, terutama tes kromosom. Untunglah ini semua dicover oleh perusahaan tempat suami bekerja. Berdasarkan hasil pemeriksaan, diambil kesimpulan bahwa anakku Kevin menderita RTA ( Renal Tubulus Analysis). Maksudnya, ginjalnya tidak bisa menyerap protein sehingga darahnya asam. Sebanyak apapun yg dia makan, karna ginjalnya tidak bisa menyerap protein, maka makanan/susu yg dia konsumsi tidak menjadi daging. Pada saa itu, Kevin berumur hampir 8 bulan dengan berat 4 kg dan dia kalau tengkurap tidak kuat menahan kepalanya utk tetap terus di atas. Akhirnya, ASI mau tak mau harus di stop karna dokter menggantinya dgn susu khusus yg diimport dari Belanda. Harga perkaleng (400 gr) rp 125.000 . Sangat mahal untuk ukuran susu. Sekali lagi kami cukup beruntung, karna susupun dicover oleh perusahaan, karna susu ini merupakan pengobatan Kevin. Karna susunya tidak enak, dokter menyarankan Kevin meminumnya menggunakan selang dan obat yg dikasih untuk metralisir asam darahnya diberikan melalui selang juga. Obat yang diberikan harus setiap 3 jam sekali. Jadi, dalam sehari, Kevin minum obat 8 kali. Susupun diberikan 8 kali sehari setelah 1/2 jam minum obat (hanya 60 cc).

Saya cukup ngantuk dan capek sekali, karna setiap 3 jam sekali haru memberi obat dan 1/2 jam setelah memberi obat, harus memberi susu kemudian mensterilkan feeding tube yg dipakai. Tengah malam harus bangun untuk memberi obat dan susu. Pemberian susupun tidak boleh terburu2 karna kalau tetesan susu terlalu cepat, Kevin bisa muntah. Jadi dokter menyarankan, susu diberikan durasinya 1/2-1 jam. Setelah 3 hari dirawat, Kevin disuruh pulang untuk 1 minggu kemudian dilihat lagi perkembangannya. Ternyata berat badannya naik. Bahkan dalam 2 minggu dia bisa naik 500 gram. Puji Tuhan. Akhirnya kamipun pulang ke duri untuk melaporkan hasil pengobatan Kevin. Tapi setiap 2 minggu sekali, Kevin harus kontrol lagi ke Jakarta. Jadilah kami bolak balik Duri-Jakarta setiap 2 minggu sekali.

Karna Berat badan Kevin makin lama makin naik, maka Kevin boleh kontrol sebulan sekali. Akhirnya, Kevinpun kontrol sebulan sekali dan ada suster dari perusahaan yg menemani kami sampai ke Jakarta.